Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Musium Patah Hati

Diperbarui: 9 Agustus 2020   13:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://cdn.pixabay.com

Kesepian, bagimu adalah narasi kepedihan. Membawamu jauh ke tepi pantai tanpa buih ombak, percikan air dari sayap ikan Pari, cuitan Camar, hingga kecipak haluan.

Kau seolah terhempas di wilayah perbatasan antara waktu luang dan pikiran nyalang. Membuatmu terserak di tengah keramaian tanpa sedikitpun percakapan.

Kesepian, bagiku adalah hutan-hutan yang tersiksa dan mati merana. Kesunyian, bagiku adalah langit yang murung bermuram durja. Karena prasangka. Bukan oleh sebab usia yang beranjak senja.

Aku, memang bertempat tinggal di wilayah yang tidak dipetakan oleh pikiran dan ingatan. Menjadi seorang lelaki jalang yang seringkali mencuri cahaya rembulan. Untuk lampu baca. Saat pelita meredup karena tertimbun abu jelaga.

Jika kita sempat sama-sama bertemu rasa sepi. Maka sebaiknya kita mulai berjanji. Untuk bergegas memusiumkan segala rupa patah hati.

Bogor, 9 Agustus 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline