Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Serum-Bab 53

Diperbarui: 18 Mei 2020   09:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Bab 52

Reykjavik, 64 8 0 N, 21 56 0 W
Hantaa 05

Hantaa 05 merapat di pelabuhan Reykjavik. Sedari sebelum merapat tadi Akiko terus menggenggam X-One Cecilia. Berharap ada sebuah titik kecil muncul di layar.

Apakah Andalas terus mematikan transponder? Sinyal pesawat sama sekali tak terlihat sama sekali sejak tadi. Hati Akiko mengecil. Jangan-jangan Andalas tak mampu sampai ke pesawat dan terbunuh dalam pertempuran tak seimbang di lautan Arctic?

Cecilia juga hanya bisa termenung. Misi ini semakin berat saja. Bisa saja salah satu dari mereka akan menjadi martir atau sebaliknya, mati konyol. Terlalu banyak pihak yang mencoba membunuh mereka yang dianggap sebagai rintangan bagi kepentingannya.

Andalas memang tangguh. Sangat tangguh malah. Tapi lelaki itu juga seorang manusia yang punya batas kemampuan. Dan hari ini batas itu telah dilampauinya.

Cecilia melirik ke arah Akiko yang nampak terpukul. Cecilia merasa kasihan. Wajar saja jika Akiko merasa sangat kehilangan. Kebersamaan yang terjadi di antara mereka sangat intens dan berkesan meskipun dipenuhi dengan bahaya dan begitu dekat dengan garis kematian.

Tapi setidaknya Andalas telah mendampingi mereka hingga sejauh ini. Dengan segenap kemampuannya. Dengan raut wajahnya yang selalu dingin tapi sigap dalam bertindak.

Akiko terus tenggelam dalam lamunan panjang. Sebagian hatinya ikut tertinggal di dinginnya laut Arctic. Bersama tubuh lelaki yang mungkin telah sampai dengan tenang di dasarnya yang jauh lebih dingin lagi.

"Akiko, kita tetap harus melanjutkan rencana. Andalas tentu tak mau kita terus larut dalam kesedihan. Dia pasti ingin semua ini berakhir dengan baik."Cecilia berkata lembut sambil mengusap pipi Akiko.

Dokter tangguh dari Jepang itu tiba-tiba berdiri. Pandang matanya menyala kalau tidak bisa dibilang beringas.

"Yess! Kita tidak meratapi kematian 1 orang yang sebenarnya adalah seorang pembunuh nomor wahid di dunia! Untuk apa? Jutaan bahkan milyaran orang sedang menunggu langkah kita. Apa artinya kematian seorang pembunuh dibanding kemusnahan jutaan orang yang tidak berdosa!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline