Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi: Bangku di Taman

Diperbarui: 7 Mei 2020   04:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Sepasang bohlam
meredup di sebuah taman tak terurus, di samping kolam
dengan tumpukan daun-daun segunung
dan serpihan bunga yang wanginya tercium murung
ia jarang lagi memberikan cahaya
bagi buku-buku tentang cinta
dibaca oleh anak-anak muda
yang sedang jatuh hati
atau orang-orang tua
yang menemukan hatinya kembali

Sebuah bangku
ditumpuki debu
dan sisa-sisa serpihan hujan
di sebuah taman yang kesepian
terlihat begitu lengang
tanpa anak-anak muda
yang sedang mencandai cinta
atau orang-orang tua
yang kelelahan merangkai masa lalunya

Suatu pagi
tepat saat berjatuhannya remah-remah matahari
di permukaan embun yang pecah satu demi satu
di sebuah taman pinggiran kota dengan ujung lidah kelu
karena bibirnya kesulitan berucap rindu
kepada anak-anak muda
yang melakukan pencarian
atau orang-orang tua
yang pada matanya ada bekas kegaduhan masa silam

Suatu senja
saat sandyakala
hendak memulakan kisah-kisah ramah
mengenai ruang-ruang malam yang mewah
ketika anak-anak muda
mulai bersua dengan percikan cinta
melalui puisi-puisi yang menampilkan drama
dan orang-orang tua
yang mulai mencari cinta Tuhannya
melalui ratapan dan air mata
di sebuah taman kosong
dengan bangku-bangku kayu yang mulai bolong

Bogor, 7 Mei 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline