Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Almanak Kesepian

Diperbarui: 23 April 2020   19:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Aku berada
pada sebuah malam
di sebuah gerbang waktu
orang-orang menyebutnya Ramadan
aku menyebutnya almanak kesepian
yang kehilangan banyak hal dan kejadian
mulai dari hingar-bingar dan kericuhan
hingga huru-hara, sandiwara dan kecemasan

Orang-orang
memilih meletakkan hatinya
di nampan yang telah dicuci
menggunakan air hujan
dan bukan memakai aliran selokan

Orang-orang
mengurung wajah-wajah murung
jauh di dalam ruang-ruang lengang
karena saat ini
keramaian akan banyak dihadirkan oleh petang

Orang-orang
mengunci sajak dan puisi
yang lahir dari
rahim kegeraman
di kedalaman labirin, paling tersembunyi

Orang-orang
menuliskan sajak dan puisi
tentang doa-doa
yang mengalir bersama udara
menuju barisan Malaikat
yang sedang ada di mana-mana

Aku berada
di sebuah tempat
ketika pendulum bergerak lambat
dan tidak salah alamat
karena almanak apapun kali ini
menyajikan angka-angka
tentang jumlah laring suara yang sedang mengaji
dengan lantunan nada tinggi
dari kitab yang tak berubah semenjak zamannya bermula
meskipun bumi sedang mengkarantina
apa yang disebut sebagai
kubangan airmata

Bogor, 23 April 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline