Berulangkali. Aku ingin menuliskan ini. Mengenai senja yang melayang-layang. Di sela-sela cuaca yang sedikit gamang.
Sebenarnya ini semua adalah permulaan dari acara dansa. Ketika semua orang saling menatap mesra, dan melupakan perkara-perkara yang sebelumnya membuat hubungan antar manusia terasa seperti neraca. Jual beli, untung rugi, dan saling menyewakan harga diri. Meski hanya untuk sepotong roti, atau secawan kopi.
Bumi sedang mengkalibrasi dirinya sendiri. Langitpun sedang bereinkarnasi. Kita, menata kembali periuk nasi. Dari banyak hal yang menyakitkan. Dari hampir sebagian besar yang kita sengaja lupakan.
Karena itulah aku selalu melihat senja sedang berbuat apa. Apakah kembali menatap penuh cinta, atau memperlihatkan raut muka murka.
Dari senja, kita bisa mengukur sampai di mana kalibrasi membuat bumi bangkit. Terhadap senja, kita mampu mengukur rasa sakit pada langit.
Dan seharusnya kita. Setelah ini semua. Tidak menghentikan acara saling berdansa. Karena kita telah diajari bagaimana cara terbaik saling bertatap mesra.
Bogor, 2 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H