Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Semiotika Dunia Maya

Diperbarui: 27 Maret 2020   16:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pexels.com

Berulang-ulang, menuliskan kenangan
bukan berarti aku, penganut fanatik masa silam
yang kehilangan akal
lantas berlenggang kaki, memasuki dunia fiksi
sebagai satu cara, untuk melupakan realita
yang benar-benar berbahaya

Aku hanya ingin, tidak larut dalam kegelisahan
ketika diseret oleh peradaban
yang berkecepatan tinggi
sehingga kehilangan romantika,
sementara aku, lebih menyukai
drama dan segala perabotannya
agar tak menjadi orang gagal
di dunia yang semakin tidak masuk akal

Rasa cemas,
menjadi sangat berlebihan
di zaman yang tertata
namun sesungguhnya porak poranda
karena setiap hari kita
dibodohi dialektika
oleh kepintaran semiotika dunia maya

Rasa gembira yang sebenarnya
hanya bisa kita dapatkan
dengan menjelajah wilayah hutan
yang belum dijadikan meja prasmanan
oleh lelaki dan wanita yang lupa
seperti apa gurun dan savana,
juga berperahu di lautan
yang masih utuh ditunggangi gelombang
bukannya rangka baja raksasa
sedang menggali urat syaraf bumi
tanpa sanggup membebatnya kembali

Atau jangan-jangan
realita ternyata, juga sebuah drama
yang dimainkan segelintir orang
di panggung-panggung yang didirikan
dalam kegelapan
tanpa cahaya lampu
ataupun menengok masa lalu

Bogor, 27 Maret 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline