Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Candikala Kala Sandyakala

Diperbarui: 16 Maret 2020   03:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pexels.com

Akhirnya aku kembali
mengadu kepada hujan
tentang gerimis yang datang
mengetuk pintu
dan mengabarkan bahwa
langit mulai kehabisan mendung
satu demi satu

Seperti malam ini
aku tetap melihatnya sebagai kegelapan
yang tumpah ruah
di halaman yang basah
namun juga menyaksikan
pucuk cemara, sedang menggapai-gapai purnama
mencari percikan cahaya, yang tak didapatnya
semenjak hari-hari
dikuasai oleh rasa sepi

Jalanan yang meriah
menjadi selengang kabut
di pinggiran laut.
kota yang biasanya tak pernah berhenti
menyuarakan ramalan rasi
kini malih rupa, menjadi sepotong peti mati.
desa-desa berada dalam ceruk ketakutan
yang begitu dalam
atas cerita-cerita seram
yang mengalahkan, kumandang adzan.

Kabar-kabar lantas mengalir
seperti air di selokan
yang dipenuhi kotoran,
semakin menggigilkan bulu kuduk
tentang bumi yang sedang dikutuk

Padahal hujan tiba
sama sekali tidak mengabarkan berita duka
namun berusaha sekuatnya
melenyapkan pikiran tentang candikala
agar orang-orang
tidak terperangkap sandyakala
di ruang-ruang benak mereka

Bogor, 15 Maret 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline