Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Menyamak Rembulan

Diperbarui: 28 Februari 2020   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://images.pexels.com

Ini adalah pekerjaan sia-sia. Barangkali. Tapi aku melakukannya berulangkali.

Rembulan mati di wilayah langit yang semakin terjepit oleh pertarungan dinasti mendung hitam dan tebaran rasi bintang adalah perumpamaan yang tepat bagi seseorang yang kehilangan cahaya setelah memadamkan pelita di kamarnya. Secara sengaja.

Tidak ada yang lebih mengenaskan daripada mencoba menyamak cahaya rembulan untuk tempat merebahkan kepala ketika malam bahkan tak sedikitpun mau berbagi cara terbaik menyudahi sebuah rahasia.

Dari dua belas jam yang ada, aku mengambil seperempatnya untuk memandangi langit. Seperempatnya lagi aku pergunakan untuk menulisnya secara rumit. Dan sisanya aku biarkan menjadi kisah absurd. Hilang terbawa kabut.

Bagaimanapun, aku menyukainya. Tak ada yang lebih menyenangkan, daripada sebuah malam yang enggan menyerah pada kegelapan. Menghidupkan seribu cahaya lampu. Bahkan meski itu semua sekedar untuk menerangi masa lalu.

Bogor, 28 Februari 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline