Meski kesedihan itu bermuka muram, tetap saja sanggup mengalirkan diksi-diksi laksana jeram.
Duduklah di meja kerjamu yang temaram. Coba bayangkan di sampingmu ada rembulan. Kau tak perlu menyalakan lampu. Cukup bersedeku di hadapan buku-buku. Kau akan segera menemukan kalimat-kalimat rindu.
Di dalam kalimat-kalimat itu, kau tak akan menemukan satupun kepedihan. Setiap kata adalah kegembiraan. Mungkin memang akan ada sedikit kekhawatiran. Tapi aku rasa itu bisa diredakan dengan tertawa. Tentang apa saja. Kecuali, jangan pernah sekali-kali kau mentertawakan orang yang patah hati karena cinta.
Alasannya sederhana. Orang patah hati, adalah kombinasi antara serigala, rajawali, dan kelinci. Di satu waktu melolong-lolongkan kenyerian, lalu menyambar-nyambar kesendirian, di dalam lubang-lubang yang cuma berisi kecemasan.
Hati-hati. Dia bisa dengan mudah menyusup menjadi mata-mata. Agar kau tak segan ikut meruntuhkan airmata.
Karena itu lebih baik jika kau berpura-pura diam. Lalu bertingkah bahagia dengan mentertawakan buku-buku muram.
Bogor, 21 Februari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H