Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Mentertawakan Buku-buku Muram

Diperbarui: 21 Februari 2020   22:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://images.pexels.com

Meski kesedihan itu bermuka muram, tetap saja sanggup mengalirkan diksi-diksi laksana jeram.

Duduklah di meja kerjamu yang temaram. Coba bayangkan di sampingmu ada rembulan. Kau tak perlu menyalakan lampu. Cukup bersedeku di hadapan buku-buku. Kau akan segera menemukan kalimat-kalimat rindu.

Di dalam kalimat-kalimat itu, kau tak akan menemukan satupun kepedihan. Setiap kata adalah kegembiraan. Mungkin memang akan ada sedikit kekhawatiran. Tapi aku rasa itu bisa diredakan dengan tertawa. Tentang apa saja. Kecuali, jangan pernah sekali-kali kau mentertawakan orang yang patah hati karena cinta.

Alasannya sederhana. Orang patah hati, adalah kombinasi antara serigala, rajawali, dan kelinci. Di satu waktu melolong-lolongkan kenyerian, lalu menyambar-nyambar kesendirian, di dalam lubang-lubang yang cuma berisi kecemasan.

Hati-hati. Dia bisa dengan mudah menyusup menjadi mata-mata. Agar kau tak segan ikut meruntuhkan airmata.

Karena itu lebih baik jika kau berpura-pura diam. Lalu bertingkah bahagia dengan mentertawakan buku-buku muram.

Bogor, 21 Februari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline