Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Realita

Diperbarui: 18 Februari 2020   22:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pexels.com

Ketika kau memasuki sebuah dunia yang menurutmu aneh karena banyak petruk menjadi raja dan arjuna kehilangan ketampanan sehingga beralih profesi menjadi don juan kelas tape ketan, maka kau sudah sungguh-sungguh siuman. Ini dunia yang sebenarnya. Bukan negeri khayalan yang pernah direka oleh cinderella.

Ketika kau menaiki gerbong kereta yang berdesak-desakan dengan kebanyakan penumpang menggadaikan mata pada gawai yang berusaha menipunya dan mereka iya-iya saja, lalu seorang ibu bersama balitanya nyaris terjungkal saat masinis melakukan pengereman gagal, maka kau sedang berada di pesta-pesta realita. Bukan ilusi yang merupakan bagian dari rencana para pesulap dalam membuat mulut menganga.

Ketika kau berjumpa dengan kemewahan sebuah kota dengan lampu-lampu raksasa yang bahkan tak cukup menutupi dindingnya yang terbuat dari kaca, lantas kau diberinya pemahaman, melalui iklan kecantikan. Kau sama sekali tak paham, namun kau tetap membelinya tanpa pikir panjang. Maka kau benar-benar kebanyakan makan kerupuk gadung hanya sekedar untuk menghilangkan hati murung. Setelahnya kau tahu bahwa ini semua bukan hologram. Namun kenyataan yang diperjual belikan.

Ketika kau bermimpi di pertengahan malam yang kehujanan. Dalam mimpimu kau tengah berada di persawahan yang para petaninya nampak termangu akibat harga pupuk yang membuat tenggorokan kelu. Lalu kau berpindah ke segmen mimpi lain saat kau bersandar di batang nyiur dan melihat para nelayan mengendarai puncak gelombang lalu pulang dengan perolehan ikan tak lebih dari seperempat keranjang karena terlalu banyak plastik dan minyak di lautan, maka mimpimu bukanlah suatu kebetulan. Namun sebuah kebenaran yang bisa kau temukan di linimasa dan koran-koran.

Selanjutnya tak ada ketika karena kau tak hendak lagi berbuat apa-apa. Menganggap semuanya baik-baik saja. Walau sesungguhnya realita itu cukup banyak mencederai romantika.

Jakarta, 18 Februari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline