Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Filosofi Cinta

Diperbarui: 15 Februari 2020   06:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://as2.ftcdn.net

Saatnya berbicara tentang cemara, yang dari kulai daunnya terlihat telah melewati sekian banyak badai. Dan pokok kamboja yang termangu, memandangi tanah basah bekas hujan semalam, di mana bunganya yang gugur, diziarahi oleh kumbang dan kupu-kupu. Satu demi satu.

Pagi bercakap kepada dirinya sendiri. Membiarkan angin yang lewat mulai menerangi jejak matahari. Udara dingin beranjak menyusup pori-pori, beberapa macam bunga yang sulit dilafal namanya. Namun mudah dikenal setelah menyiarkan wanginya.

Langit seperti helai kertas yang sedikit pias. Siap ditulisi apa saja. Terutama filosofi cinta. Bagi siapapun yang pernah merasakan kejatuhannya, maka harus bersiap pula menghadiri pemakamannya.

Beginilah rupa mosaik dunia saat mulai menyapa orang-orang yang baru terjaga maupun insomnia. Disajikan secara utuh di beranda. Tanpa membeda-bedakan. Apakah dia tuan, atau seorang kuli bangunan.

Bogor, 15 Februari 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline