Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Musim Iklan, Antara Comberan dan Kehangatan

Diperbarui: 11 Februari 2020   22:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Melewati sebuah musim
dengan angin yang berhembus kencang
mencincang dedaunan
sekaligus mengguncang papan reklame
yang nyaris membusuk tak laku
karena produknya adalah bagaimana
cara mencerahkan muka
di saat hati sedang murka

Jalanan ramai oleh banyak hal
suara klakson yang mirip rengekan
seorang anak yang kehilangan mainan
mencari-cari di sela hiruk pikuk
kota yang menggelinjang,
juga sorot mata lelah
orang-orang yang menunggu malam terjatuh
agar bisa memulung mimpi
dengan leluasa
di keranjang dan gerobak, yang menjadi periuk nasinya

Raut muka baliho dan papan iklan
menggerutu dalam kesepian
sebab harus selalu tersenyum
kepada kerumunan orang
yang jarang sekali mau tertawa
demi pengumuman setengah bohong
yang bisa menguras isi kantong

Jam demi jam
adalah pertarungan,
antara menghirup bau comberan
yang menguar dari luapan selokan,
dan menyesap aroma
trotoar yang basah kehujanan,
sebelum menghenyakkan pantat ngilu
di bangku-bangku
bus dan kereta yang gagu,
menuju pulang
ke tempat-tempat di mana kehangatan
tidak berasal dari api
namun bersumber di kedalaman hati

Jakarta, 11 Februari 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline