Di bagian mana, kau tidak paham mengenai romantika, saat secangkir teh menguarkan harumnya dedaunan, di beranda ketika kita, justru tekun memperhatikan mekarnya anggrek bulan?
Apa perlu kuajarkan, bagaimana cara merawat cinta? Seperti kutub utara memelihara gunung-gunung esnya, atau seumpama gurun kalahari menyembunyikan dingin yang bukan haknya?
Apa perlu aku mengeja setiap kata, seperti apa membuat kalimat yang tepat? Untuk waktu yang bergerak lambat, di saat kita mengendarai pendulum, melakukan pencarian angka-angka, di mana kita singgah untuk mentertawakan airmata, sekaligus juga menangisi seringai lebar, di mulut yang tak henti menganga.
Di bagian mana pula, kau tak mengerti apa arti sunyi, saat dinihari membaca konsonan yang bernyanyi, dan pagi kehilangan vokal yang tak sanggup berbunyi?
Apa kau ingin, aku menggali rencana demi rencana, yang terkubur tanpa pusara, di komplek pemakaman, tempat keluh dan rusuh dikuburkan?
Apa kau mau, aku melakukan ritual peringatan, tentang kegagalan masa silam? Lantas aku, mengadakan upacara sederhana, merayakan masa depan yang sempurna, dengan menyayat matahari, dan membunuh purnama?
Dari sekian banyak tanya, kau hanya perlu menjawab satu saja.
Masihkah kau ada di sana?
Pontianak, 5 Februari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H