Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Opera Malam

Diperbarui: 5 Februari 2020   08:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://images.pexels.com

Bila untuk menemuimu aku harus menutup celah purnama, sehingga tak ada setitikpun cahaya yang lolos menyusup ke permukaan belantara, lalu kau bisa leluasa melolongkan segala lara, untuk memberitahuku apa itu cinta, maka aku akan menutupnya!

Ini bukan malam ketika bulan menelanjangi dirinya demi sebuah pertunjukkan opera yang diperuntukkan bagi para serigala alfa. Ini adalah malam yang sangat sederhana. Namun penuh rahasia. Ketika suara-suara yang diperdengarkan adalah keriut engsel jendela yang nyaris terbuka, desis samar burung hantu menyambar udara, dan dengkur halus para pengembara yang kelelahan setelah seharian memulung sisa rencana.

Kau mesti tahu itu. Supaya kau bisa bersegera belajar cara-cara renjana memenuhi birahinya yang membatu. Sehingga kau tidak terperangkap dalam celah sempit di antara batu. Lalu kau mengerangkan amarah yang tak perlu!

Malam. Apakah itu bersama hujan, atau hanya sekedar berkelindan, adalah kumpulan partikel gelap yang mampu membuat pikiran menjadi pengap. Tapi sama sekali tidak gagap. Karena dari setiap cinta yang diluruhkannya kepada kebutaan, ditemukan banyak pesan melalui tatapan. Karena dari setiap kisah yang diceritakannya terhadap ketulian, didapati banyak hikayat lewat pendengaran.

Karena itu diamlah! Kita bisa bercakap-cakap tanpa harus banyak cakap. Kita bisa berbincang-bincang tanpa mesti saling bersulang. Atas nama pertengkaran jalang. Yang membuat kita lupa jalan pulang.

Pontianak, 5 Februari 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline