Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Kota dan Hiruk Pikuk Selangkangannya

Diperbarui: 28 Januari 2020   11:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pexels.com

Pagi ini, aku melihat
tergelincirnya matahari
di mata orang-orang
ketika kaki mereka terantuk almanak tua
dan terkantuk-kantuk di pelukan kereta,
bus kota, dan tiupan angin buruk
kota dan segala hiruk-pikuk
di selangkangannya

Padahal hari baru dimulai
dan sandyakala masih berupa
janin yang belum dibuahi
sementara bunga-bunga
juga baru mekar
di hati para bujang dan nona
yang sedang berusaha jatuh cinta
di halte dan lorong-lorong menara
juga di meja resepsionis
dengan warna merah menyala

Kota adalah ladang perburuan
dan juga kapling-kapling kuburan
yang digali
bahkan sebelum orang-orangnya mati

Kota adalah pasar yang gencar
menawarkan dagangan
nasib dan peruntungan
dengan memasang label harga
tak kira-kira, juga
memakai cara-cara tak terduga

Kita hanya bisa tahu
tiba-tiba saja kita melompati waktu
atau terkapar disayat ribuan sembilu
di gang sempit atau jalanan ramai
sedangkan sesungguhnya,
kita berada di pusat mata badai

Jakarta, 28 Januari 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline