Aku bisa
menulis tentang kegelapan
dengan matahari tersembunyi, di baliknya
agar kau tau
masih ada harapan, akan cahaya
Aku bisa saja
menulis nyerinya patah hati
dengan rembulan berpurnama, di belakangnya
agar kau tahu
perputaran bumi masih
memberimu kesempatan
untuk mengulang jatuh cinta
pada kegelapan yang sama
Aku juga bisa menulis
cara terbaik bunuh diri
dengan menyudahi
semua keramaian
hingga kehabisan percakapan
dan kau hanya bisa melaluinya
dengan meratapi
segelas kopi sachetan
Tapi aku tak bisa menulis
bagaimana cara, menyusut airmata
dari sudut matamu, yang berprahara
karena aku, seringkali menjadi lautan
menerima badai, sebagai handai taulan
Aku juga tak bisa menulis
untuk berhenti,
kemarin, sekarang, atau nanti
mencintai
apa yang dulu kuanggap mimpi
dan kini kujadikan prasasti
di buku-buku
yang aku tuliskan tanpa henti
hingga kelak aku
menjadi judul yang terlahir
dari buku yang terakhir
Jakarta, 27 Januari 2020