Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Lelaki yang Terlahir dari Rahim Api

Diperbarui: 16 Januari 2020   18:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://images.pexels.com

tidak di tengah gulitanya malam
yang membuat segenap rasa sunyi jatuh tenggelam
tidak pula pada pagi hari
ketika awal mula kejadian tergelincirnya cahaya matahari
bahkan tidak di puncak dinihari
saat kerumitan berubah sederhana
dan kesederhanaan menjelma jadi tubuh yang sempurna

tapi manakala seorang lelaki
keluar dari rahim api
menatap dunia dengan matanya yang menyala
berniat membakar apa saja
yang telah meruntuhkan begitu banyak cinta

cinta terhadap langit dan menjadikannya atap terbuka
bukannya membubungkan rasa sakit yang membuat luka
cinta terhadap bumi dan menahbiskannya sebagai kekasih hati
bukannya malah menikamnya dengan karat belati, berkali-kali
cinta terhadap lautan dan menuliskan badainya sebagai karya sastra
bukannya menebar jala sekaligus bisa, tanpa sedikitpun jeda

lelaki itu menjaring sisa-sisa awan
mengumpulkan hujan
lalu meletakkannya di dalam tempayan
tempatnya menyimpan cita-cita
bahwa dunia akan baik-baik saja

lelaki ini, yang terlahir dari rahim api
memandangi setiap jengkal tanah yang terus menerus terlukai
merasakan debar di jantungnya berhenti

mungkin inilah saat yang tepat untuk harakiri
membunuh semua rasa sepi
bersama hatinya yang parah tercederai

Jakarta, 16 Januari 2020

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline