Aku menemukan kerumunan bintang
di sisi langit yang terabaikan
setelah beberapa lama, perhatian hanya tertuju pada senja
ketika musim dan cuaca, saling bersengketa
mana yang lebih dulu, berhasil mencintai samudera
Lalu separuh wajah rembulan
merekam sisa-sisa hujan
yang gagal terlahir, tak bisa menjumpai khasanah takdir
tersangkut di bibir awan, yang basah oleh keinginan
kemudian menabur kedinginan, di muka bumi yang berantakan
Itu semua panggung sederhana
bagi katarsis yang sempurna
dari kisah yang menjadi korban romantisnya amnesia
di ujung hikayatnya yang berbisa
Kerumunan bintang menghilang
ditelan oleh waktu luang
saat orang-orang, membicarakan pulang
namun justru tersesat dalam ruang-ruang lengang
Bogor, 6 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H