Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Upacara Pemakaman Hujan

Diperbarui: 5 Januari 2020   22:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://images.pexels.com

Hujan itu benar-benar singgah di beranda. Lalu memasuki keranda. Minta dimakamkan. Sudah terlalu banyak kematian. Tergulung rencana-rencana mendung yang murung. Setelah sekian lama langit habis-habisan dirundung.

Ini bukan balas dendam. Ini adalah hukum pengadilan. Siapa menanam api, maka dia akan memanen panas matahari. Siapa menyemai lalai, tak lama nanti akan menuai badai.

Tak usah mencari kesalahan kenapa malam begitu hitam. Tak perlu mencari pesakitan kenapa gelap itu menyimpan kelam. Berkacalah pada rembulan mati. Di sana tertulis; cahaya pasti akan datang lagi.

Dan ketika upacara pemakaman hujan telah dilaksanakan, cintailah dia seperti leluhur yang gugur di medan perang. Kirimkanlah doa-doa terbaik. Sehingga saat reinkarnasinya nanti tak lagi menabur perkara yang pelik.

Bogor, 5 Januari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline