Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Nawala Kegilaan

Diperbarui: 29 November 2019   09:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Aku mendengar semua kata-katamu, yang gaduhnya seperti led zeppelin saat menyanyikan lagu melayu. Hanya saja kau perlu tahu, aku tidak menggunakan gendang telinga untuk menyerap semua ucapanmu yang setajam paku. Aku lebih memilih memakai rasa, yang ada jauh di kedalaman jiwa.

Aku rasa aku sedikit menyukai caramu mengirimkan pesan. Tidak lewat rembulan, tapi menggunakan rasi paling kelam. Tidak melalui sentuhan hangat jemari matahari, namun lewat jilatan lidah gunung api.

Bahkan setelah berulang membacanya, aku pikir aku menjadi sangat menyukainya. Seperti aku menyukai hutan yang nampak garang meski sesungguhnya sama sekali tidak jalang. Seperti aku menyukai lautan yang tak jarang menyeringaikan badai walau sebenarnya gelombangnya selembut nyanyian murai.

Aku harus berterimakasih kepadamu yang mengirimkan nawala tanpa disertai utusan. Bagiku ini adalah kegilaan yang menyenangkan. Aku curiga kamu tahu aku adalah lelaki yang menyimpan kewarasan hanya saat waktu memasuki tengah malam. Entah bagaimana caranya, tapi kamu berhasil mengajakku menelan purnama, saat ini juga.

Jakarta, 29 November 2019

Untuk Nonaa Edan yang sesungguhnya sangat waras

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline