Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Keramaian yang Tidak Lupa Percakapan

Diperbarui: 27 November 2019   08:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Mereka, pagi dan matahari, saling bertabik dan cium pipi. Kehangatan menjalar di mana-mana secepat kabar viral. Dunia sedang tersenyum. Cukup sempurna untuk memberangkatkan ribuan keinginan yang berdesak-desakan di tubuh bus kota dan lorong panjang kereta.

Mereka, sekawanan Tabebuya, sedang mekar di ketiak jalanan yang membelah wajah kota. Membagikan peribahasa bahagia. Tak ada yang lebih indah dari mata yang berbicara, bibir yang terpana, dan rasa hati yang terbata-bata. Peribahasa yang sama sekali tak ada dalam kamus biasa. Tidak lazim. Tapi sungguh membuat bermulanya hari dengan takzim.

Mereka, kaki-kaki kecil dengan langkah besar, memasuki terminal dan pasar-pasar. Tawar menawar. Berapa harga sepotong kebaikan dan apakah ada kembalian yang disediakan Tuhan.

Mereka, keramaian yang tidak lupa percakapan.

Sangat bahagia ketika setiap kata ditenggelamkan kopi sasetan. Dan sesobek roti sarapan.

Jakarta, 27 November 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline