Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Perempuan yang Menggantang Airmata

Diperbarui: 25 November 2019   21:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://cdn.pixabay.com

perempuan itu, menyayat malam dengan lolongan sepanjang kekuatan laring serigala. Membelah kesunyian di antara bait-bait puisi yang kesepian. Bercerita tentang keramaian di ujung sana. Di belahan bumi yang masih menikmati mekarnya tabebuya dan tergelincirnya purnama.

aku mencatatnya baik-baik. Ini memang bukan kisah yang pelik. Tapi setidaknya membuat khayalanku tiba-tiba terpeleset jungkir balik.

perempuan itu, mentertawakan dirinya yang menangisi airmata. Sebuah penyesalan setidaknya. Untuk apa membuang butiran mutiara bagi perilaku jahanam. Dari segantang kegelapan yang mengaku dirinya adalah pualam.

kali ini aku tidak mencatatnya. Semua sudah cukup teruk untuk dirubah ke dalam mimpi buruk. Tidur akan dialasi cemas. Dan terjagapun akan disuapi reruntuhan batu cadas.

perempuan itu, menggantung sisa airmata yang tersisa di pot-pot bunga. Berharap sangat esok akan memanen nektar. Dari rasa asin yang terbakar.

aku menutup catatan. Sudah saatnya mencari keadilan. Bagi terkoyaknya hati yang tak kunjung mendapat kesembuhan.

dari seorang perempuan. Yang memilin jantungnya agar tetap bisa berderma senyuman.

Bogor, 25 November 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline