Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Palagan Langit

Diperbarui: 24 November 2019   08:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

seperti angin,
yang terlalu dingin untuk dibiarkan bertiup
di antara kehangatan perapian
dan tungku yang cuma menyala suam-suam kuku
pada sebuah malam
ketika purnama merebahkan dirinya
di langkan jiwa-jiwa merana

akupun meletakkan separuh pikiran
di atas pembaringan
separuhnya lagi
kusimpan di jendela kaca
untuk menghalangiku dari dunia luar
yang terus saja berkirim kabar
tentang wajah langit yang makin memudar
setelah tajam lidah peradaban
terus menusukkan ujung lembing yang terbakar

entah bagaimana ini semua bermula
entah seperti apa caranya
namun ternyata
langit jadi palagan
pertempuran yang tak punya pemenang
hanya kematian demi kematian
tanpa sempat mengadakan
upacara pemakaman

Jakarta, 24 November 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline