Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Kedangkalan Mimpi dan Kedalaman Puisi

Diperbarui: 19 November 2019   21:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://cdns.klimg.com

Mungkin setelah lampu mati
atau sesudah memadamnya matahari
beberapa pujangga mau berhenti
menulis puisi
menggantinya dengan gambar
sore hari yang gentar
dengan tubuh gemetar
mencari pintu yang terbuka
menuju senja
yang baik-baik saja

Barangkali ketika gradasi warna
menyapu tubuh bianglala
dalam kejadian hujan
yang jatuhnya diatur
dalam irama dedaunan yang gugur
lantas melintasi seberkas cahaya
yang dipancarkan kerinduan
sedalam lautan
menyepuh segala sesuatu
tentang sepi yang keterlaluan
dan melompat-lompat kegirangan
setelah menemukan
sisa mimpi terbaik
di laci almari
yang dulunya terkunci

Senja yang kehujanan
bercerita mengenai pagi tadi
saat jeritan melati
memasuki gendang telinga
orang-orang penyuka bunga
namun lupa menyiraminya
lalu menjumpai
halaman depannya menjadi pentas kerumitan
dari pertunjukan kematian

Malam membuka jendela kegelapan
dengan hati berdebar
seperti seorang pemuda
yang memingit hatinya
demi seorang dara
yang hanya merupa di kedangkalan mimpi
tapi berhasil ditemui
pada kedalaman puisi
yang tak juga jadi-jadi

Bogor, 19 November 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline