Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Perjalanan Musim di Langit yang Dingin

Diperbarui: 17 November 2019   07:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://upload.wikimedia.org/wikipedia

Di ketinggian tiga puluh ribu kaki. Tempat mimpi-mimpi biasanya mengangkasa. Menyemai akar-akarnya di ladang kapas yang terhampar luas. Langit memudarkan cakrawala dengan sentuhan pias.

Di sini, tempat mimpi-mimpi tak nyata mencoba merubah dirinya menjadi realita, pada diri janin hujan yang masih dalam rahim tersembunyi. Dari ibunda yang meringkuk pada tipisnya udara, dan juga di puncak piramida dinginnya cuaca.

Dari sinilah, nama-nama lain dari Tuhan tak lagi diperbincangkan. Namun disuarakan dalam doa-doa yang beterbangan. Mengarungi separuh mendung. Dan separuhnya lagi untuk membasuh wajah murung.

Di antara kisah-kisah yang diuraikan oleh kerumitan lamunan, kesederhanaan langit menyatakan dirinya sebagai satu-satunya pilihan. Untuk bercermin. Pada segala kuasa ingin. Untuk tidak menjadikan musim dingin sebagai suatu kesalahan. Tapi bagian dari sebuah perumpamaan.

Tidak akan ada musim panas yang mewah jika tak ada musim dingin yang basah. Tidak akan ada musim semi yang indah bila tak ada musim dingin yang gelisah. Tidak akan ada musim gugur yang megah manakala tak ada musim dingin yang begitu resah.

Semua berawal di sini. Di tempat langit memulakan perjalanan sunyi. Lalu jatuh cinta pada dirinya sendiri.

GA 515, 16 Nopember 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline