Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Penjara

Diperbarui: 12 November 2019   18:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://cdn.pixabay.com

Ini semua cerita tentang penjara. Saya sengaja memenjarakan diri saya sendiri sore ini. Jerujinya saya pilih dari rintik hujan, kunci gemboknya saya pilih dari kenangan paling muram, dan ruang kecilnya saya kusamkan menggunakan kedaluarsanya beberapa harapan;

1) harapan untuk langit agar menumbuhkan bunga. Saya membayangkan betapalah damainya. Aroma wangi menguar ke penjuru semesta sehingga bau busuk dari pikiran buruk tak sempat menemukan jalannya.

2) harapan kepada bumi untuk membiarkan sungai-sungainya mengalir patuh terhadap gravitasi dan tidak membiarkan siapapun membelokkannya demi kota-kota yang terlanjur dehidrasi.

3) harapan terhadap lautan untuk menyusun ulang jadwalnya membadai supaya tidak ada korban berjatuhan dari para nelayan yang mencari makan dengan menjala sekeranjang ikan.

4) harapan pada gunung-gunung berapi untuk menunda mendidihkan kepundannya di saat para petani masih memperbaiki saluran irigasi. Tunggulah nanti ketika lumbung-lumbung sudah penuh terisi.

5) harapan bagi masa silam untuk tidak lagi memutar layar di langit-langit kamar sehingga para pengkhayal tak lagi jatuh dalam keputusan-keputusan yang berakhir gagal.

6) harapan hari ini tentang tungku-tungku dapur yang mendingin karena cuaca sangat berangin sehingga para pencari nafkah tertiup terbang melayang-layang. Lalu beranjak pulang dengan tatapan mata gamang.

Ini memang cerita tentang penjara. Saya enggan bersekutu dengan cuaca dan memilih untuk menyumpahinya. Saya lantas dipenjara di luar kehendak saya sendiri. Tanpa sempat lagi membela diri. Karena jerujinya terbuat dari bara, kunci gemboknya disepuh oleh jelaga, dan ruang kecilnya sangat pengap oleh sarang laba-laba.

Oh, astaga!

Pontianak, 12 Nopember 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline