Di dalam himpunan sajak yang bercerita tentang kata tidak, masih terdapat harapan yang mengambang setelah sebagian iya menghilang.
Di antara riuh rendah anak-anak sastra yang memberontak terhadap majas dan rima, masih ada sisa-sisa kata yang setia kepada hujan dan senja bahkan ketika kopi mulai kehabisan kafein dan meruntuhkan sebagian adrenalin.
Di sela-sela rayuan tak putus-putus dari ribuan puisi pada antrian panjang patah hati, masih tersisa kekuatan cinta yang mampu menyaingi cahaya matahari. Di pagi yang selalu mengamini ritual embun bunuh diri.
Di tumpukan buku-buku yang telah berkali-kali dibuka namun tak sempat terbaca, pasal-pasal di dalamnya menguap seperti koma yang tak pernah menemui titiknya. Selalu berada pada alamat yang berbeda kecuali jika sedang bersama dalam panjangnya jeda.
Semua berada di rak-rak almari yang dipajang di perpustakaan. Tempat paling tepat untuk menyimpan sekian banyak riuh rendah perjalanan. Dari semenjak perayaan keberangkatan, hingga tiba saat dirgahayu kepulangan.
Bogor, 31 Oktober 2019