Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Orang-orang Urban

Diperbarui: 29 Oktober 2019   11:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Aku mencari-cari. Di dalam sini sungguh sepi. Barangkali ada keramaian di luar sana. Tempat orang-orang urban menghabiskan waktu di savana. Berburu singa, diburu hyena, lalu mati di tengah-tengah kota.

Dari setiap buku yang aku baca. Aku menemukan kegelisahan. Di halaman-halamannya yang terseret-seret zaman. Tentang bumi yang dibelah matahari. Juga tentang matahari yang dianiaya para penghuni bumi.

Aku terus mencari. Kehilangan yang tidak sempat ditemukan. Dan pertemuan yang mengingatkan akan rasa kehilangan. Di gang-gang kumuh, teriakan-teriakan gaduh, dari orang-orang urban yang kehabisan oksigen, lalu menghibur diri dengan menyanyi tanpa aksen.

Orang-orang urban bercanda dengan kematian. Di kota-kota yang tak lagi menyediakan kuburan. Namun banyak menjual batu nisan.

Orang-orang urban mengeluh kepanasan. Di kota-kota yang dipenuhi mesin pendingin ruangan. Raut muka berubah blingsatan. Baut hati lantas berlepasan. Keringat yang jatuh. Diperas dari kekuatan jiwa yang perlahan-lahan runtuh.

Sementara nun di sana. Desa-desa yang hanya ditinggalkan bertiga. Dengan bukit dan sungai yang mengalir di bawahnya. Mencari-cari. Di luaran sungguh sepi. Barangkali hanya tertinggal sedikit lamunan. Mengenang sisa-sisa harapan. Bagaimana cara terbaik agar tak lagi menjumpai kehilangan.

Jakarta, 29 Oktober 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline