Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Kolase Pagi yang Bersahaja

Diperbarui: 27 Oktober 2019   12:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Keluarlah bahasa puitis pagi saat serangkaian prosesi embun bunuh diri disayat tajamnya cahaya matahari, diakhiri
; mungkin hari ini kau mati
pergi melangit meninggalkan ruh bumi
tapi esok akan kembali
dalam wujud reinkarnasi

Serpihan hujan sisa semalam masih tergolek sebagai genangan yang diam. Di bawah pokok cemara yang termangu menunggu kedatangan kata-kata dari pagi yang kehilangan percakapan
; barangkali itu yang dinamakan kenangan
diam di antara keramaian
namun gaduh di sela-sela kesepian

Hari dimulai dengan sangat sederhana
diawali oleh pohon kamboja yang meruntuhkan bunga-bunganya
di rerumputan yang sedang khusuk berdoa
di tengah hingar bingar dengung kumbang dan kepak sayap kupu-kupu
saling memburu waktu
mencari rasa manis yang sesungguhnya
di saat dunia hanya menyediakan pahit yang sempurna

Bogor, 27 Oktober 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline