Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Meninggalkan Dunia Paralel

Diperbarui: 20 September 2019   12:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Dunia paralel memenuhi pikiranmu. Kau berpikir keras bagaimana menyambut pagi dengan keriangan orang yang sedang sangat berbahagia. Namun sekaligus juga berhati-hati terhadap teka-teki rumit yang mesti kau pecahkan ketika cahaya pertama matahari mulai menyentuh ujung rambutmu.

Rasanya hangat dan menyenangkan. Tapi kau tahu itu juga sebuah peringatan. Segeralah mandi dan sarapan. Kenyataan sedang menunggumu dan khayalan sebaiknya kau simpan. Buat nanti malam. Kau butuh itu untuk mengantarkan tidurmu yang seringkali butuh buaian.

Kau bersiap menghadapi siang yang sibuk, separuh hari buruk, maupun kejadian-kejadian teruk. Bagimu menjadi menjemukan jauh lebih baik daripada harus bersekutu dengan kepura-puraan. Hidup seperti menonton bioskop. Banyak iklan yang berjejalan sebelum akhirnya kau mengantuk dan tertidur di saat sang jagoan memperoleh kemenangan.

Kau bangun dengan terpaksa karena penjaga pintu menepuk pipimu beberapa kali. Jam kedua film akan dimulai dan seorang penonton yang sama dengan nomor kursimu komplain berkali-kali. Kau tergesa-gesa keluar dan tak tahu sebenarnya tujuanmu ke bioskop untuk apa. Mencoba menyenangkan hati dengan mendatangi keramaian atau sekedar melarikan diri dari reruntuhan asa yang terus menerus membuatmu tertekan.

Sesungguhnya kau lebih membutuhkan dunia serial sehingga kepalamu tidak lagi ketakutan pada kata gagal. Dunia paralel bisa membunuhmu dalam hitungan hari. Tumpukan skenario akan memenuhi ruang-ruang kepalamu tanpa ada satupun yang berhasil ditamatkan. Kau bercita-cita menjadi sutradara jempolan namun selalu salah memilih pemeran.

Oleh karena itu, begitu senja datang bertamu, kau hanya berpikir sederhana dengan menikmati sentuhan semburat merahnya pada manik mata. Tanpa perlu berpanjang-panjang memikirkan duduk di beranda dengan kekasih tercinta sembari menikmati segelas kopi moka lalu mengatakan; ah senja, betapa indahnya....

Jakarta, 20 September 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline