Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Di Bawah Atap Langit Pelalawan

Diperbarui: 17 September 2019   16:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Atap langit Pelalawan roboh perlahan-lahan
menjatuhkan halimun pekat berhamburan
menusuk-nusuk biji mata dan mencacah batang tenggorokan
menutupi raut muka matahari
meninggalkan siluet wajah-wajah nyeri

Ini bukan pertunjukan tahun baru
atau pesta musim semi
juga bukan asap hio yang diyalakan
merayakan kedatangan dewa-dewi pembawa rejeki
atau asap dupa yang dibakar campur kemenyan
untuk mengundang para perewangan

Ini adalah asap dari serasah yang hangus
hutan-hutan yang diberangus
pohon-pohon yang dijatuhi hukuman mati
dengan menyiramkan sekumpulan api

Di sini, orang-orang menjadi pemburu, berjibaku dengan waktu
menerobos semak berduri, dan belukar yang mencakar-cakar
mencoba memadamkan api
sebelum kobarannya membunuh lebih banyak bayi
atau menghanguskan sisa anakan meranti

Di sini orang-orang tidak punya waktu senggang
berlarian menggenggam segulungan selang
bersicepat dengan ruang demi ruang yang terpanggang
tempat siamang seharusnya pulang
tempat orang-orang juga semestinya pulang
menimang harapan
bisa berdansa dengan anak-anak hujan

Pelalawan, 17 September 2019

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline