Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Menuliskan Duri-duri pada Sebuah Puisi

Diperbarui: 30 Agustus 2019   14:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: pixabay.com

Puisi ini akan dibaca
oleh para pencari jejak cinta
yang kehilangan sebagian retina mata
setelah dirobek-robek rindu tak menentu
oleh ketajaman pisau waktu

Puisi ini tak akan pernah dibahas
oleh para penyintas batas
yang berjalan tergesa-gesa
melintasi panas gurun dan lengangnya savana
di antara kerumunan duri kaktus
dan daun-daun tipis papirus

Menuliskan puisi ini
di sela-sela cahaya matahari
yang jatuh di pinggiran trotoar
tempat orang-orang pinggiran berlindung dari hingar bingar
lalu lintas dan juga rasa lapar

Membacakan puisi ini
di hadapan kota yang nyaris patah hati
karena mau ditinggalkan
oleh sebagian peradaban
ke sebuah tempat yang lebih santun
karena di sini, lini masa bertingkah sebagai penyamun

Jakarta, 30 Agustus 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline