Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Ruang Lengang Anak-anak Hujan

Diperbarui: 15 Agustus 2019   15:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

deras berjatuhan sayap-sayap matahari
beterbangan di atas kota yang tertikam belati
menyerupai debu, hingga menyesakkan paru-paru
menyaru masa lalu, lalu menyayat isi kepala setajam sembilu

orang-orang berdoa secara pantas
agar panas tidak lantas mengupas tuntas sisa-sisa napas
tak ada cukup dedaunan, di pepohonan yang tinggal serupa tulang belulang
untuk berlindung, atau setidaknya menyembunyikan wajah-wajah yang hanya bisa termenung

kaki langit yang tersusun dari banyak keinginan
terlihat diliputi kecemasan
atas tanah-tanah yang memeluk erat padi-padi
dalam keadaan nyaris mati

udara berlaluan dengan muka murung
mencari-cari tempat bernaung
terlalu banyak partikel berbahaya
terutama di seputaran orang-orang putus asa

doa-doa terus memanjati tangga demi tangga
mencoba menemukan ruang-ruang lengang di angkasa
tempat ibunda berahim hujan sedang bertapa
menunggu kelahiran anak-anaknya

dalam waktu tak terlalu lama
ketika sengketa demi sengketa kembali bertegur sapa

Jakarta, 15 Agustus 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline