Lampu-lampu jalanan,
di ibukota yang padam
ibarat para penjaga istana
yang kehilangan tombaknya
muram, namun tetap tak bersahaja
karena di sini-sana, sumpah serapah mengalir tanpa jeda
Perempatan,
pada simpang yang saling bersilangan
di ibukota yang padam
adalah pembuluh darah yang pecah
lalu menghamburkan begitu banyak darah
di tanah-tanah yang terlanjur basah
bukan oleh hujan
tapi dari banjir cacian dan makian
Halte, stasiun, dan terminal
saling berpapasan dengan tingkah binal
para penumpang yang terburu-buru
melarikan diri dari waktu
di ibukota yang kehilangan jam dinding
setelah angka-angkanya dirompak oleh para penjahat
yang memainkan muslihat di balik senyumnya yang hebat
Beginilah jika ibukota kegerahan
udara seperti baju yang bertambal-tambalan
dipakai sekian banyak para penghuni
yang memilih saling mengumpat
ketika kotanya bermandi keringat
tanpa berusaha menyumbangkan lap
atau setidaknya tidak bermata gelap
Begitulah jika cahaya tiba-tiba bermatian
orang-orang menghadapi kekacauan
dengan cara menyulut kerusuhan
lalu menyalakan api, di masing-masing hati
tentang negeri yang dicintai
tiba-tiba mati suri
Jakarta, 6 Agustus 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H