Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Sinopsis yang Terluka

Diperbarui: 5 Agustus 2019   22:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Sampai di mana, kau membaca buku-buku, tentang bagaimana cara hidup di dua dunia, yang bercerita tentang bertahan hidup di pegunungan Himalaya, juga ceruk terdalam lautan yang disebut Mariana.

Apakah kau menghangatkan diri setiap hari, atau terombang-ambing di permukaan air agar bisa melihat matahari?

Di halaman berapa, kau menemukan bab-bab tentang suara, yang berbisik di telinga, ketika kau kesepian, lalu memutuskan untuk mempertanyakan, di mana gerangan percakapan.

Apakah kau menyeduh secawan kopi sachetan atau justru memanasi kesendirian dengan cara menyanyikan tembang-tembang kenangan, ketika kau dulu tenggelam begitu dalam di danau tak bertuan yang tak terpetakan?

Pada bagian tamat yang bagaimana, kau lebih sepakat, untuk mengakhiri kalimat, bagi keinginan yang memecahkan sekeping hatinya, dan tubuh yang memunahkan sendiri jiwanya, dengan mentertawai duka, dan meludahi airmata, selebihnya.

Apakah kau menyukai akhir yang sempurna dengan meruntuhkan sebagian langit, atau menerima keseluruhan duka dengan menegakkan setinggi-tingginya semua rasa sakit?

Lantas di mana sekarang buku-buku yang telah selesai kau baca. Apakah kau simpan dalam almari kaca, atau justru kau memecahkan kaca dan menorehkan luka pada setiap sinopsisnya?

Palangkaraya, 5 Agustus 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline