Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Serdadu Peperangan Sun Tzu

Diperbarui: 25 Juli 2019   17:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Kita semua adalah tahanan dari keinginan kita sendiri. Tersandera dalam perang dingin yang kelu. Melawan anggapan dan tuduhan. Nyaris sepanjang waktu.

Kita adalah serdadu dalam peperangan Sun Tzu. Mengepung satu sumber mata air. Untuk selanjutnya memenggal tenggorokan. Karena terlalu beratnya deraan kehausan.

Setelahnya kita menampung airmata. Sebanyak-banyaknya. Berharap Tuhan jatuh iba. Lalu memberi kemudahan semaunya. Dan kita tertawa. Lebih berbisa dari kobra.

Cerita demi cerita saling memperebutkan asa. Membawa kita ke ranah sengketa. Bertengkar sebisa-bisanya. Agar dianggap sebagai manusia. Karena yang bukan manusia, katanya hanya bisa berdiam. Mati di ruang-ruang megah perpustakaan.

Sebagai serdadu yang kebanyakan disumpali mulut gagu, kita menyerbu persoalan, mendahulukan kesimpulan, lantas dengan gampangnya menyalahkan takdir yang tak berkawan.

Kita bilang;
hidup adalah peperangan yang jarang bisa dimenangkan. Oleh karena itu, mati adalah satu perkara yang memberi kemudahan.

Kisaran, 25 Juli 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline