Saya kira tidak ada kejadian yang lebih menegangkan dibandingkan dengan bila menjumpai seorang wanita yang sedang jatuh cinta. Juga sebuah keajaiban menyenangkan yang barangkali hanya bisa disetarakan dengan peristiwa hujan berbulan-bulan di gurun pasir yang bahkan kaktus pun tak bisa ditumbuhkan.
Saya jarang langsung menatap mata wanita-wanita yang jatuh cinta. Saya merasa cukup terintimidasi seolah sedang berhadapan dengan serigala alfa. Siap mencabik-cabik udara malam. Dengan lolongan panjang yang menghanyutkan.
Wanita-wanita yang jatuh cinta bisa saja meledakkan matahari manakala pagi hadir hanya untuk menyakiti. Membuat hari temaram seharian. Menghitamkan malam hingga gulita tak lebih hanya warna mainan.
Wanita-wanita yang jatuh cinta, mampu menghidangkan salju sebagai sarapan justru ketika kemarau masih teronggok di depan pintu. Menggulainya dengan senyuman paling kurma. Menyajikannya dengan tata cara yang cuma boleh disebut sebagai ungkapan bahagia.
Setiap wanita yang jatuh cinta, mempunyai kehangatan cahaya purnama, sekaligus pula aura gerhana yang menggelapkannya.
Rantau Prapat, 25 Juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H