Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Hilang dan Menjadi Hujan

Diperbarui: 17 Juli 2019   17:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Sejenak aku merasa hilang
ditelan kerumunan tak habis-habis
dari percakapan di lini masa
yang terus menerus berbicara
tentang cuaca yang sedang panas-panasnya
sementara mendung terus menghujani isi kepala

Aku adalah tetua elang
dengan sayap nyaris putus, kedua-duanya
sedang memberikan pelajaran terbang
kepada orang-orang yang patah hati
agar tak terlanjur berpikir
cara terbaik bunuh diri

Aku benar-benar lenyap
di antara kabut asap kota yang pekat
menjelma menjadi tumpukan geram
di gang-gang serupa labirin
dan jalan-jalan sempit yang mirip petak kuburan
tempat banyak keinginan bermatian, tanpa pemakaman

Aku ingin ada di langit sekarang
merenangi ladang kapas
yang belum saatnya dipanen
sebab baru saja ditanam
oleh embun pagi yang memilih pergi
daripada selalu dikira tempat pelampiasan sepi

Kelak aku akan turun bersama hujan
menumpang satu dari sekian rintiknya
mendatangi orang-orang yang rindu
tapi tak mau mengaku
karena rindu ternyata begitu berat nian
bila harus dipikul sendirian

Jakarta, 17 Juli 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline