Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Anomali Sepi

Diperbarui: 12 Juli 2019   01:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Rencananya malam ini aku duduk di teras depan. Menyaksikan separuh wajah bulan terpekur di serambi langit yang berkelindan. Aku berharap ada di sana. Sehingga mudah bagiku mencarimu ada di mana.

Aku menduga kamu sedang meronce sepi sebagai hiasan bagi pelaminan mimpi. Kamu menyukai anomali sebesar kamu mencintai dirimu sendiri. Kesepian bagimu adalah perayaan, sedangkan kegaduhan menurutmu adalah kecemasan.

Oleh karenanya kamu lebih memilih malam sebagai kawan berbincang. Dibandingkan harus bercakap dengan lautan atau pelabuhan yang selalu bising dengan banyak pernyataan.

Rembulan nyaris padam, tapi aku masih di teras depan. Aku ganti tatapan dengan menggambar lamunan. Cukuplah bagiku saat ini. Karena kau berjarak ribuan mil dari sini.

Lagipula akupun sedang mencoba menikmati anomali sepi.

Langkat, 9 Juli 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline