Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Gamang

Diperbarui: 5 Juli 2019   00:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Demi segenggam malam yang telah usang
aku menjahit kembali rasa kantuk
di ujung jarum jam yang berdetak
agar menjadi angka satu atau dua
saat aku memaksa kornea
menyudahi kenyamanannya

Lalu setelahnya,
aku menghitung bintang yang masih ada
di langit yang hilir mudik serupa angkutan kota
adakah yang turun
di perempatan depan rumah
mengganti tiang lampu yang patah
juga bohlam yang pecah

Kemudian,
aku berusaha mengingat Tuhan, dengan jujur
tapi ternyata,
aku masih leluasa berdusta
dengan cara melumasi mata
menggunakan pasal-pasal yang direka-reka

Selanjutnya,
demi seperiuk pagi yang kosong
aku lagi-lagi berbohong
terhadap rasa memelas
yang tak pernah bisa lunas
membayar secara pantas
apa-apa yang telah diretas
demi secelupak cahaya petang
bagi hati yang tak pernah berhenti gamang

Medan, 5 Juli 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline