Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Khasanah Kita

Diperbarui: 5 Juni 2019   17:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: pixabay.com

Kita mewakili gunung dan lautan yang mempertemukan air di muara. Kau mengalirkannya dan aku menyediakan garam bagi rasa payaunya.

Setelah itu kita menyemai janin hujan sehari semalam. Sebelum mengirimkannya ke kawasan mendung hitam.

Kita menjadi angin dan dedaunan yang melenggangkan tarian pucuk cemara. Mempersembahkan mosaik sempurna bagaimana elemen alam saling memadu kasih dalam instrumen asmara.

Kemudian kita menulisi udara dengan kalimat-kalimat cinta yang mengirimkan mantra-mantra terbaik bagi hadirnya romantika cuaca.

Kita menjelma dalam wujud sherpa dan himalaya. Aku mendaki kedinginan yang kau simpan dalam bentuk kehangatan. Dari panasnya sebuah perjuangan untuk menaklukkan setiap tanjakan membahayakan.

Kucuran letih dan adrenalin yang merintih-rintih adakah bagian terberat dari semua kronologi perjalanan yang tertatih-tatih.

Khasanah kita mesti ditulis sebagai kisah pada sebuah buku sejarah.

Bagaimana entah dan lelah bukanlah apa-apa jika kita menziarahi hati dengan kekuatan syarah.

Banyuwangi, 5 Juni 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline