Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Cara Mencinta yang Sebenarnya

Diperbarui: 30 Mei 2019   02:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Jika sajak-sajakku mati dalam peraduan setelah bercinta dengan rembulan, aku akan menguburkannya di halaman belakang, sebuah tempat yang tepat untuk memakamkan kenangan.

Jika puisi-puisiku terus hidup di hati seorang perempuan, karena itu bisa membuatnya menjauh dari ratapan, aku akan menanamnya di halaman depan, tempat terbaik untuk menyemai harapan.

Apabila sajak dan puisiku mati dan hidup saling berganti, terbunuh malam dan ditiupkan ruh oleh pagi, aku akan membiarkan diriku menjadi kabut, hidup di antara sosok absurd namun berwujud.

Apabila sajak dan puisiku berniat bunuh diri karena patah hati, aku tidak akan memilih harakiri, aku bukan lagi seorang ronin yang kesepian, aku telah melalui begitu banyak keramaian yang melelahkan.

Manakala dalam puncaknya yang begitu sunyi, malam melewatkan kesempatan untuk jatuh cinta lagi, aku akan menuliskan puisi-puisi tentang kerinduan langit terhadap matahari.

Manakala dalam kematiannya yang epik di setiap akhir metamorfosa, seekor kupu-kupu yang telah bersedia menjadi rahim masa, menjelma dalam warna-warni sebuah saga, aku akan membacakan sajak-sajak renta tentang bagaimana cara mencinta yang sebenar-benarnya.

Yaitu dengan tidak memikirkannya. Laluilah saja semua. Dengan cara tidak terbata-bata.

Jakarta, 30 Mei 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline