Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Diari hingga Puisi dari Seorang Perempuan dan Lelaki

Diperbarui: 20 Mei 2019   19:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Perempuan itu menulisi diari;
Jika untuk menunggumu mengetuk pintu, datang bertamu, lalu bercerita panjang lebar tentang keletihan yang menguar sepanjang trotoar, tempatmu membakar matahari di punggungmu yang berdebu. Maka aku akan memanaskan api, menjerang segelas kopi, duduk menemani sembari menatap bibirmu yang bergetar. Sebuah pernyataan kepulanganmu bukan hanya sekedar singgah berkabar.

Temani aku menyapa langit malam. Di sana tumbuh banyak pohon yang dari dahannya bergelantungan bintang-bintang. Aku ingin memetik beberapa. Untukku menyembuhkan luka.

Lelaki itu menuliskan puisi;
Meski perjalanan ini terasa panjang karena titik-titik persinggahan banyak dihuni halimun juga penyamun, aku telah berbekal lampu yang dihidupkan kejora, juga tanda mata dari sebilah pedang yang ditempa hati berbahaya.

Ketika akhirnya aku sampai di hadapanmu, aku tak akan banyak berbicara. Cukuplah kau baca kedalaman mataku sampai di mana. Agar kau tahu persis kerinduanku sedalam apa.
----

Diari yang dituliskan telah menghabiskan banyak halaman. Sedangkan puisi yang dibukukan nyaris memenuhi pojok-pojok pikiran.

Perempuan itu tersenyum dengan senyuman lebih pagi dari matahari.

Lelaki itu membalasnya dengan cara mematung yang lebih diam dibanding dinihari.

Bogor, 20 Mei 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline