Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Tak Ada Tempat yang Dinamakan Kuburan Hati

Diperbarui: 14 Mei 2019   10:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Melihatmu jatuh dalam kuasa rindu yang didokumentasikan oleh masa lalu, membuatku terburu-buru menyelamatkanmu dengan cara merekam masa depan yang mencengangkan melalui ramalan rasi-rasi bintang yang menyenangkan.

Aku tidak ingin kamu tersesat begitu lama dalam ceruk sempit yang kamu namakan kenangan pahit. Itu tidak adil. Terlalu sentimentil. Kamu semestinya mengerti bahwa rindu itu tak perlu dibawa mati. Meskipun kadangkala menjadi alasan terbaik untuk bunuh diri.

Di antara rintik hujan yang bernyanyi, ada suara kecapi yang menggambarkan betapa rasa sepi itu sebenarnya adalah melodi. Menyitir sendu ke dalam kekerasan batu. Menggrafir pilu di dinding-dinding hati yang tak menyatu.

Di sela-sela kerimbunan hutan yang menggenapkan kegelapan, terdapat segenap cinta yang menjadi pohon cahaya. Menerangi kelembaban lantainya. Agar semua penghuni punya kesempatan berdansa. Merayakan setiap kesempatan hidup yang ada.

Atas nama harapan yang tak mau terperosok dalam lubang-lubang sunyi. Termasuk kerinduan yang sampai kapanpun enggan mati. Karena tak ada satupun tempat yang dinamakan kuburan hati.

Jakarta, 14 Mei 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline