Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Memulangkan Kerinduan

Diperbarui: 13 Mei 2019   05:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Di pusat-pusat pertokoan yang dingin
para manekin bergaya paling feminin
memamerkan helaian-helaian katun dan kapas
berharap mata-mata nyalang kesulitan menahan nafas

Di pasar-pasar tradisional yang menghamburkan bau mahar yang samar
para emak dan kuli panggul saling bersahutan seperti halilintar
menawarkan barang-barang dengan mimik muka riang
berharap orang yang lalu-lalang keinginannya segera meradang

Di terminal dan pelabuhan yang menguarkan bau comberan
tertindih oleh hilir-mudik para penumpang
dengan tas dan koper lebih besar dari tubuhnya
diseret lintang-pukang seperti menghela kekang kuda

Di stasiun kereta yang sebagian besar peronnya bergaya belanda
noni-noni masa kini membetulkan rias muka
mengerling kesana kemari
berharap orang mengagumi gaya metropolis masa kini

Semua tempat keberangkatan padat dan penuh sesak
memantulkan sorot mata yang kerinduannya menghentak-hentak
kepada bapak, emak dan kampung halaman
juga masa silam yang dulu sengaja ditinggalkan

Demi sebuah kota yang anggun, murung dan beraroma anggur
meski kerapkali bertindak sebagai penyamun, perundung dan tukang gali kubur

Bogor, 13 Mei 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline