Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Orang-orang Proletar

Diperbarui: 5 Mei 2019   16:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

menghampar tikar di trotoar
menikmati sajian matahari yang memudar
di sore ketika sepotong gorengan dan segelas kopi sachetan
menjadi menu utama tanpa gizi tambahan

Orang-orang proletar
menyabung kisah epik dalam pertaruhan yang pelik di kekosongan altar
antara membeli sepotong roti berlapis gendis
atau meracik secangkir teh manis
keduanya memang tak cukup mengenyangkan
tapi setidaknya bisa untuk mengelabuhi rasa kelaparan

Orang-orang proletar
mengukur panjang jembatan layang sepanjang malam, dengan matanya
menghitung keping batu bata dari pagar pembatas yang dibangun orang kaya, dengan pikirannya
mengkavling setiap tingkat apartemen bermenara, dengan khayalannya

mereka, orang-orang proletar itu
menihilkan mimpi borjuasi di ruang-ruang pikiran yang disayat rasa ngilu
mereka, tidak berbakat untuk itu
lebih baik memasang bubu di sungai-sungai kota yang berwarna kelabu
meskipun mereka tahu, tak seekor ikan pun berdiam di situ
namun setidaknya mereka tahu apa yang ada dan apa yang tak ada
bukan terjebak dalam paruh pikiran yang mengada-ada
lalu kemudian menyembelih leher negara dengan tajamnya keinginan yang bercuka bisa

Sampit, 5 Mei 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline