Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Hidangan Kerinduan berupa Bintang, Matahari dan Rembulan

Diperbarui: 23 April 2019   10:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

----
Bubuy bulan, bubuy bulan sangray bentang. Panon poe....Panon poe disasate
Unggal bulan, unggal bulan. Unggal bulan abdi teang
****

Sisa-sisa rembulan dimasak di pendiangan. Dimasukkan dalam abu untuk dimatangkan. Malam ini akan ada perjamuan. Mengunyah cahaya temaram berikut kisahnya dalam mengikuti kerinduan.

Menggoreng bintang-bintang kesepian. Di para-para langit yang menyala semalaman. Sebagai kudapan ringan. Untuk menyuapi mulut-mulut lapar, mata-mata nanar, dan jiwa-jiwa gentar. Juga kepingan hati yang menolak dijadikan mahar.

Tubuh matahari disayat kecil-kecil. Diaduk bersama waktu yang perlahan-lahan mengerdil. Untuk makanan penutup. Saat pikiran nyaris seluruhnya mengatup. Redup.

Setiap bulan. Aku menjamu ruh-ruh pengetahuan dan fiksi agar menyatu dalam satu halaman. Pada buku-buku tua yang hurufnya memudar. Namun berhasil melepaskan seluruh nazar yang disumpahkan ketika bintang, matahari dan rembulan terbaring sejajar.

----
Unggal poe, unggal poe. Unggal poe oge hade
Situ Ciburuy, laukna hese dipancing. Nyeredet hate. Ningali ngeplak caina
****

Hari demi hari selalu melahirkan kebaikan. Saat pagi mempersembahkan melodi paling menenangkan, maka siang dan petang bersama-sama menggelar panggung pertunjukan tentang betapa kehebohan tidak selalu berakhir memilukan. Untuk selanjutnya malam selalu bersedia menidurkan tubuh dan hati yang ditumpuki kelelahan.

Sebuah danau yang bening, tak pernah mau mengalirkan air yang keruh. Seperti juga suasana hening, enggan untuk beranjak menuju gaduh.

Kita berada di dalam rahim hari-hari. Selalu berharap bisa tinggal di pinggiran danau yang sepi. Namun tidak terjebak dalam sebenar-sebenarnya sunyi.

----
Duh eta saha nu ngalangkung unggal enjing. Nyeredet hate. Ningali sorot socana...
****

Wahai, itu siapa gerangan. Setiap pagi mondar-mandir menidurkan lamunan. Mencuri separuh hati. Separuhnya lagi disimpan sengaja dengan kurang hati-hati. Agar bisa dicuri kembali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline