Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Pada Suatu Malam

Diperbarui: 13 April 2019   21:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Ketika nampaknya kita dikelilingi banyak waktu senggang, sesungguhnya kita sedang memasuki sebuah ruang yang lengang. Kita dipersilahkan oleh malam untuk memilih bintang, atau sekedar mengagumi rintik hujan yang berduyun-duyun pulang.

Kita menanamkan tuas di kepala. Untuk menyalakan atau mematikan alarm tanda bahaya. Ini malam yang biasa saja atau kegelapan yang menyimpan banyak rahasia.

Pada banyak malam kita selalu berharap tidur nyenyak namun seringkali juga dibuat terhenyak. Terhadap harapan dan kenyataan yang saling memberontak. Kita dipaksa untuk selalu membuat rencana. Padahal dunia ini berputar dengan segala ketetapannya.

Bagi kita kebanyakan, berhadapan dengan malam seperti duduk di meja menghadapi kertas buram. Hendak menuliskan kisah-kisah pilu, namun tak tahu harus memulai darimana dulu. Kita lantas terpaku. Mengira semua perkara adalah tabu.

Dari tempat yang paling tersembunyi, mimpi-mimpi mengintai dengan matanya yang lebar. Bersiap memasuki ruangan sempit dalam benak setiap orang yang dikemudikan oleh alam bawah sadar. Kita ditahbiskan menjadi penumpang takdir yang harus selalu bersabar.

Pada suatu malam, ketika banyak hal ingin kita lupakan. Kita justru terperangkap ingatan. Bahwa esok pagi sudah menanti, dengan segala atributnya yang belum pasti.

Bogor, 13 April 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline