Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Bagaimana Cara Saya Menentukan Pilihan Seorang Presiden

Diperbarui: 13 April 2019   06:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay

Saya tidak pandai berpolitik dan selama ini juga saya selalu menghindari membahas tentang politik. Bagi saya politik identik dengan intrik dan saya tidak menyukai intrik. Itu seperti sebuah skenario di panggung drama bagaimana cara membuat penonton senang, pulang, dan bahagia telah membuang uang untuk nantinya kembali bertandang.

Tapi kali ini, saya meminta ijin kepada diri sendiri untuk sekedar menuliskan apa yang di hati. Cara-cara saya pribadi untuk menentukan pilihan seorang presiden di negeri yang saya cintai;

Setangguh Elang
Seorang pemberani yang tak mudah patah hati hanya karena angin bertiup terlalu kencang yang menyulitkannya terbang atau cuaca terlalu dingin untuk membiarkan para pengerat keluar dari persembunyiannya. Elang akan selalu terbang mengintai walaupun ada badai.

Baginya, simbol perkasa yang telah melekat lama pada dirinya tak akan dikacaukan hanya karena ancaman atau gertakan pada sarang tempatnya tinggal. Dia tidak pernah takut. Harga diri bangsa adalah segalanya. Lebih baik berkalang tanah daripada diperbudak oleh bangsa penjarah.

Segarang Harimau
Seorang presiden adalah penjaga negeri yang yang berdiri paling depan jika ada yang berniat menyakiti atau melukai. Dia harus menjadi pelindung yang garang bagi rakyatnya. Rakyat adalah anak-anaknya. Tidak boleh ada satupun yang boleh menyakiti dan berniat melukai.

Meskipun garang, seekor harimau sangat bertanggung jawab untuk tidak membuat anak-anaknya kelaparan. Mempertaruhkan nyawa memperoleh binatang buruan agar anak-anaknya bisa menyusu dan makan. Anak-anaknya adalah prioritas pertama baginya. Seperti juga jalan pikiran seorang presiden yang mengutamakan kepentingan rakyatnya dibandingkan golongan atau pribadinya.

Selembut Mega
Selain tangguh dan garang, seorang presiden pilihan saya harus mempunya daya empati yang tinggi. perasaan yang peka untuk menangkap apa-apa yang terjadi di kehidupan nyata rakyatnya.

Jikapun sang presiden mudah berairmata karena tahu ada rakyatnya yang lapar atau sakit tak kunjung sembuh, atau anak-anak tak bisa sekolah, maka saya akan memilihnya tanpa ragu-ragu. Airmatanya untuk duka yang tepat. Bukan airmata karena luka yang terlambat.

Bagi seorang presiden, lapar, sakit, dan bodoh atas rakyatnya adalah sepenuhnya tanggung jawabnya. Negara ada di pundaknya. Sekalipun harus terbungkuk-bungkuk menahan beban yang maha berat, dia akan tetap merengkuhkan pelukan pada rakyatnya yang kesulitan.

Seluas Angkasa
Presiden adalah orang terpilih yang linuwih. Wawasannya harus seluas angkasa. Tidak dibatasi bintang-bintang yang nampak saja. Tidak tergiur pada kemolekan bulan saja. namun juga paham bahwa di semesta ini banyak hal yang bisa dicari supaya bangsanya mandiri.

Tidak tergantung satu butir beraspun kepada bangsa lain. Tidak tergantung satu tetes minyakpun kepada bangsa lain. Tidak tergantung pada ujung lidah bangsa lain hanya untuk berkata atau menentukan sikapnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline