Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Bagi Para Wanita yang Hatinya Merana

Diperbarui: 11 April 2019   19:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Tanah-tanah liar terhampar di pikiran nomaden para pengantar renjana. Burung gagak yang mengawalnya memberi kabar kematian tanpa rencana. Kepada siapa saja yang berniat mengubur dirinya di lubang-lubang kesepian. Atau membawa sunyi dan mimpi bersanding di pelaminan.

Air lautan dengan tujuh gelombang mencari-cari pantai yang landai untuk melabuhkan andai. Andai badai hanya sekedar tiupan angin tanpa disertai ingin, maka tak perlu banyak orang berlarian menggadaikan hati yang terlanjur dingin.

Gunung-gunung tinggi menyerupai patung-patung raksasa yang menjaga bumi dari percikan panas matahari. Meski di perutnya tersimpan jutaan galon minyak dan api, mereka hanya menyalakannya jika tanah dan hutan kembali disakiti.

Penyamun cinta berkeliaran di antara tenda-tenda yang berisi putri raja. Menyusun skenario bagamana menjarah hati salah satu di antaranya.

Pelanun jiwa beterbangan di udara sandyakala. Mengirimkan pesan-pesan paling istimewa bagi para wanita yang merasa dirinya merana. Pesan yang disampaikan lewat ciuman. Melalui bibir-bibir hujan yang tak henti berdatangan.

Bogor, 11 April 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline